BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bakso
merupakan makanan yang sudah dikenal baik dikalangan masyarakat luas. Selain
karena rasanya yang enak dan gurih, juga karena makanan ini sangat mudah
ditemukan. Bakso tidak perlu susah payah ditemukan karena sebagian besar
penjual bakso menjajakan dagangannya setiap hari ditempat yang sama.
Bakso yang mmuudah di temukan adalah bakso yang terbuat dari daging sapi, teksturnya
kenyal berwarna abu-abu aromanya harum dan berbau rempah, serta rasanya gurih,
selain bakso uang terbuat dar daging ada
juga bakso yang terbuata dari surimi, bakso ini di sebut bakso ikan.
Bakso ikan
hamper sama dengan bakso daging. Perbedaanya hanya terletak pada bahan baku,
yaitu kan-ikan yang di gunakan dalam
pembuatan bakso ikan bervariasi, tergantung rasa yang di inginkan kekenyalan
dapat di atur berdasarkan tepung tapioca yang di gunkan.
Bakso
daging menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01-3818-1995 merupakan
produk berbentuk bulatan atau bentuk lain yang diperoleh dari campuran daging
(kadar daging tidak kurang dari 50%) dan pati atau serealia dengan atau tanpa
bahan tambahan makanan yang diizinkan (DSN, 1995).
Fadlan
(2001) menyatakan bahwa daging sapi yang sebaiknya digunakan untuk membuat
bakso adalah daging segar pre-rigor yang diperoleh setelah pemotongan hewan
tanpa disimpan dahulu. Daging
segar pre-rigor mengandung 12-15% protein aktin yang dapat larut dalam air dan
garam encer sehingga mudah diekstrak. Sedangkan pada daging post-rigor, protein
aktin dijumpai dalam jumlah sedikit karena aktin telah berikatan dnegan miosin
dan membentuk aktimiosin.
Menurut Elviera (1988) dalam Sari (2005), daging sapi yang biasa digunakan
untuk membuat bakso adalah daging penutup (top side), gandik (silver side) dan lemusir
(cube roll).
1.2. Tujuan dan Manfaat
Adapun
jutuan dari pratikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengertahui cara pembuatan bakso ikan
2.
Untuk mengetahui fungsi penambahan bahan
tambahan yang di gunakan pada pembuatan bakso ikan
3.
Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi tepung
tapioca yang di gunakan pada proses
pembuatan bakso.
Manfaat dari pratikum ini
ialah, dapat menambah wawasan atau
pengetahuan mahasiswa dalam bidang teknologi hasil perikanan, serta dapat
membuat hasil olahan perikanan sendiri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Bakso Ikan
Bakso ikan merupakan salah
satu bentuk pengolahan yang menggunakan daging ikan sebagai bahan dasarnya
dengan tambahan tepung tapioka dan bumbu dengan bentuk bulat halus dengan
tekstur kompak, elastis, dan kenyal. Bakso umumnya dibuat dari daging sapi seiring
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi selera konsumen berkembang.
Bakso yang dibuat dari bahan baku ikan diantaranya bakso ikan tenggiri.
Bakso merupakan produk olahan dari
daging yang cukup digemari masyarakat. Pada umumnya bakso dibuat dari daging
sapi, tetapi akhir-akhir ini banyak dijumpai di pasaran bakso dibuat dari
daging ikan. Jenis ikan yang sering dipergunakan untuk bahan pembuatan bakso
adalah ikan tengiri. Pada dasarnya, hampir semua jenis ikan dapat dimanfaatkan
sebagai bahan pembuatan bakso. Ikan hiu dan ikan pari yang berbau tidak sedap,
juga dapat digunakan untuk membuat bakso, dengan cara menghilangkan bau tidak
sedap melalui proses pencucian urea yang ada pada daging ikan tersebut.
Potensi pasar bakso ikan di Indonesia
maupun luar negeri seperti Singapura, Hongkong, Taiwan dan Kanada cukup tinggi.
Apabila kualitas bakso ikan baik, maka dapat dijadikan usaha yang cukup menjanjikan.
(Singgih Wibowo, 2002).
Bakso ikan yang bermutu
tinggi dapat diperoleh dari penanganan bahan baku yang baik, hingga ke
pemasaran.
BAB III
METODE PRATIKUM
3.1. Waktu dan
Tempat
3.2.
Alat dan Bahan
a.
Alat
1.
Blender
2.
Panci
3.
Kompor
4.
Baskom
b.
Bahan
1.
Lingkuas
2.
Masako
3.
Bawang merah
4.
Bawang putih
5.
Merica bubuk
6.
Garam
7.
ST
3.3.
Prosedur Kerja
1.
Penyusunan bahan
bakso
Komposisi bahan penyusunan bakso tergantung pada rasa bakso yang di inginkan. Semakin banyak kandungan
ikan, semakin enak rasanya.
2.
Penggilingan
ikan menjadi adonan
Bubur ikan di aduk lebih di haluskan didalam bagian alat
pencampur adona. Setelah bubur ikan benar-benar rata ban halus ditambahkan
bumbu, ST, dan tepung sedikit demi sedikitterus di aduk dengan kecpata tinggi
pennadukan di aggap selesai jika adonan ikan tersebuat sudah halus atau merata
dan dapat di bulatkan bila di remas dengan tangan, kemudian dikeluarkan melalui
lobang yang di bentuk oleh teunjuk dan ibu jari.
3.
Pembuatan
buulatan bakso mentah dan perebusan
Adonan
diremas-remas dengan tangan, kemudian dii buat bullatan dengan di remas-remas
adonan, kemudian dikeluarkan melalui lubag yang di bentuk oleh euntuj dan ibu
jari. Bila adonan sudah membulat maka
dii masukan ke dalam air yang mendidih. Bila sudah matanng, bakso akan
mengapung, bakso ini di biarkan mengapung selama 5 menit, kemudian di angkat
untuk di tiriskan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.2.
Pembahasan
hasil
table ditas mengenai pembuatan bakso ikan bahwa dapat kami simpulkan ialah,
dalam pembuatan bakso ikan dalam uji organiotik merupakan penilaian indera atau
penilaian sensorik merupakan suatu cara penilaian yang sudah sangat lama
dikenal dan masih sangat umum digunakan. Metode penilaian ini banyak digunakan
karena dapat dilaksanakan dengan cepat dan langsung. Dan dari hasil penilaian
kami dapat ialah dalam pembuatan bakso, ada terdapat beberapa masalah yang
menyebabkan rasa pada bakso ikan tersebut tidak baik, yaitu dengan terasa
pasir, karena pada saat kami menghaluskan daging ikan tersebut kami mengunakan
alat ulek, yaitu alat yang digunakan untuk menghancurka bawang dan rica, jadi
terasa agak berpasir sedikit.
Menurut Winarno (1997) rasa suatu makanan merupakan
faktor yang turut menentukan daya terima konsumen. Rasa dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan interaksi dengan
komponen rasa yang lain.
Rasa makanan merupakan
faktor kedua yang menentukan cita rasa makanan setelah penampilan makanan itu
sendiri. Apabila penampilan makanan yang disajikan merangsang saraf melalui
indera penglihatan sehingga mampu membangkitkan selera untuk mencicipi makanan
itu, maka pada tahap selanjutnya rasa makanan itu akan ditentukan oleh
rangsangan terhadap indera penciuman dan indera perasa.
Aroma
yang disebarkan oleh makanan merupakan daya tarik yang sangat kuat dan mampu
merangsang indera penciuman sehingga membangkitkan selera. Timbulnya aroma
makanan disebabkan oleh terbentuknya senyawa yang mudah menguap itu dapat
sebagai akibat atau reaksi karena pekerjaan enzim atau dapat juga terbentuk
tanpa bantuan reaksi enzim.
BAB
V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari pratikum
ini adalah sebagai berikut :
1. Proses pembuatan bakso ikan dimulai
dengan penyiangan ikan, pembuatan fillet ikan hingga menjadi surimi/daging ikan
yang telah di giling, pencampuran surimi
dengan bahan tambahan seperti tepung, dan bumbu-bumbu , lalu membentuk adonan
menjadi bola-bola dan meerebusnya hingga mengapung yang menandakan bahwa bakso
sudng matang.
2. Bahan tambahan seperti tepung
tapioca berfungsi sebagai pelekat, garam
berfungsi sebagai pemberi rasa
gurih, gula, merica, bawang merah dan bawang putih, berfungsi sebagai menambah
aroma, dan cita rasa pada bakso ikan.
3. Konsentrasi tepung yang di gunakan
sangat berpengaruh terhapad mutu bakso ikan yang di hasilkan terutama terhadap
tekstur.
5.2.
Saran
Saran dari penulis yaitu agar pada
pratikum selanjutnya bisa di gunakan jenis ikan yang berbeda-beda pada setiap
kelompok, agar dapat di ketahui jenis ikan yang baik di gunakan dalam pembuatan
bakso ikan.
DAFTAR PUSTAKA
Singgih Wibowo. 2002. Membuat 50 Jenis
Bakso Sehat & Enak. Penebar Swadaya. Jakarta
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-3818-1995.
Produk Berbentuk Bulatan & Halus. Jakarta
Winarno, F.G. 1997. Cita Rasa Pada Suatu
Makanan Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar